
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggencarkan program pelestarian bahasa ibu dengan memberdayakan para sastrawan muda dan komunitas literasi di Kalimantan Timur.
“Langkah ini merupakan upaya strategis untuk mencegah kepunahan bahasa daerah yang menjadi identitas dan kekayaan budaya bangsa,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen Hafidz Muksin di Samarinda, Minggu.
Ia menyatakan bahwa program revitalisasi menjadi fokus utama di Kaltim. Menurutnya, pelestarian ini diwujudkan melalui kegiatan konkret seperti Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).
Ajang tersebut melibatkan para siswa SD dan SMP dalam berbagai lomba, mulai dari menulis cerpen, mendongeng, hingga komedi tunggal menggunakan bahasa daerah masing-masing. Langkah ini bertujuan menumbuhkan generasi baru penutur aktif bahasa ibu.
Hafidz menambahkan, program pelestarian bahasa daerah berjalan selaras dengan penguatan literasi nasional. Badan Bahasa telah mencetak dan mendistribusikan lebih dari 21 juta eksemplar buku bacaan bermutu pada tahun sebelumnya ke sekolah-sekolah dengan tingkat literasi rendah.
Upaya tersebut mendapat dukungan dari Komisi X DPR RI. Ketua Komisi X, Hetifah Sjaifudian menekankan urgensi penyelamatan bahasa daerah di Indonesia.
Ia memaparkan data bahwa dari 718 bahasa yang telah divalidasi, 25 di antaranya terancam punah dan 11 lainnya telah dinyatakan punah.
“Kaltim, yang memiliki keragaman bahasa seperti Kenyah, Paser, dan Kutai, akan menjadi salah satu lokus utama revitalisasi,” tegas Hetifah.
Hetifah juga mendorong agar para penulis dan sastrawan muda dari Kaltim mendapat dukungan lebih untuk menghasilkan karya-karya bermutu yang mengangkat budaya lokal.
Menurutnya, hal ini tidak hanya melestarikan bahasa, tetapi juga meningkatkan minat baca masyarakat yang didukung oleh program penguatan literasi dari Badan Bahasa.
Selain itu, bantuan pemerintah juga disalurkan kepada 340 komunitas literasi di seluruh Indonesia, termasuk sembilan komunitas di Kaltim, yang terbukti berhasil meningkatkan indeks literasi di daerah penerima.