15 Tahun Berlalu Korban Penipuan Rp 110 T Terima Ganti Rugi, Tapi…

HOUSTON - JUNE 24: Stanford Financial chairman and CEO Sir Robert Allen Stanford gestures as he leaves the Bob Casey Federal Courthouse after a bond hearing June 26, 2009 in Houston, Texas. U. S. District Judge David Hittner stayed the bond order of a magistrate judge that would release Stanford who has been indicted on 21 counts of conspiracy, wire fraud, mail fraud and obstruction of justice, and conspiracy to launder money in a $7 billion fraud involving certificates of deposit issued by his offshore bank in Antigua.   Dave Einsel/Getty Images/AFP (Photo by Dave Einsel / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Sebuah skandal penipuan senilai US$ 7 miliar atau sekitar Rp109,58 triliun mengguncang dunia pada 2009. Para korban pun baru mendapat angin segar pengembalian dananya setelah 15 tahun berlalu.

Pada tahun 2009, skandal finansial besar mengguncang dunia ketika Robert Allen Stanford terungkap telah menjual miliaran dolar sertifikat deposito palsu kepada investor global melalui perusahaannya, Stanford Financial. Sertifikat deposito ini menjanjikan pengembalian tinggi, namun ternyata menjadi bagian dari skema penipuan senilai US$ 7 miliar yang berujung pada kerugian besar bagi lebih dari 20.000 korban.

Kini, setelah 15 tahun, para korban mulai menerima penggantian sebagian dari kerugian mereka. Namun, tidak semua korban bisa menikmati dana kompensasi tersebut.

Thomas Swingle, salah satu korban yang kehilangan US$ 1 juta tabungannya, harus menghadapi kenyataan pahit. Pada tahun 2021, Swingle dan istrinya, Cindy Finch, menjual klaim mereka atas pembayaran di masa depan seharga sekitar US$ 60.000 (terdiskon 94%), yang berarti mereka tidak akan mendapatkan bagian dari dana yang segera dibagikan.

“Itu benar-benar mengubah hidup,” kata Swingle tentang skema senilai US$ 7 miliar yang runtuh pada awal 2009. “Rasanya seperti ada seseorang yang memukul dada Anda dengan palu godam.”

Keputusan ini berarti mereka tidak akan menerima sepeser pun dari dana yang segera akan dibagikan. Semua dana tersebut akan diberikan kepada pembeli klaim.

Bagi para korban penipuan besar seperti ini, keputusan seperti itu adalah hal yang sulit, karena banyak investor kecil tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan merasa tidak punya pilihan selain menerima pembayaran cepat daripada menunggu pembayaran yang mungkin tidak pernah datang.

Ketika Swingle dan Finch menjual klaim mereka, tampaknya para korban Stanford tidak akan mendapatkan apa pun. Jika mereka menahan klaim itu, mereka mungkin bisa menerima hingga US$ 350.000.

“Ini tidak berjalan baik bagi kami. Tapi hidup harus terus berjalan,” terang Swigle.

Skema Stanford melibatkan sertifikat deposito dengan suku bunga tinggi yang diterbitkan oleh bank di Antigua, sehingga tidak diasuransikan secara federal di AS.

Stanford menawarkan sedikit informasi tentang bagaimana ia bisa memberikan pengembalian yang tinggi, tetapi perusahaannya menampilkan citra kemewahan yang meyakinkan, seperti jet pribadi, rumah mewah, dan sponsor olahraga. Di AS, Stanford mempekerjakan banyak pialang untuk menjual sertifikat tersebut secara agresif.

Skandal ini akhirnya runtuh pada Februari 2009, setelah penyelidikan oleh Securities and Exchange Commission (SEC) dan artikel Bloomberg Businessweek yang mempertanyakan operasional perusahaan tersebut. Dua bulan sebelumnya, Bernard Madoff mengakui menjalankan skema Ponzi yang jauh lebih besar.

Pada 2012, Stanford didakwa oleh jaksa federal karena mengalihkan uang investor untuk berinvestasi di real estat dan membiayai gaya hidup mewahnya. Kini, Stanford menjalani hukuman 110 tahun di Sumterville, Florida. Meskipun demikian, dia berhasil memperlambat proses pemulihan dana untuk para korban.

Pada 2023, setelah hampir satu dekade litigasi, beberapa bank -terutama TD Bank yang berbasis di Toronto- menyetujui pembayaran sekitar US$ 1,2 miliar untuk menyelesaikan klaim yang menuduh mereka mengabaikan tanda-tanda peringatan tentang operasi Stanford. Namun, distribusi dana tersebut sempat tertunda karena keberatan hukum yang diajukan oleh Stanford.

Sekarang, pengacara SEC yang ditunjuk sebagai penerima kasus, Ralph S. Janvey, mulai melakukan pembayaran besar. Dia telah membayar sekitar $609 juta kepada mantan pelanggan perusahaan, dan masih memiliki sekitar $157 juta lebih untuk didistribusikan di samping US$ 1,2 miliar tersebut.

Meskipun jumlah ini jauh dari total klaim senilai sekitar US$ 4,9 miliar yang diajukan lebih dari 20.000 pelanggan di seluruh dunia, itu jauh lebih besar dari yang pernah diharapkan oleh korban seperti Swingle.

https://internationalsalinityforum.org/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*